Perkembangan teknologi finansial telah membawa tantangan baru bagi otoritas penegak hukum dalam melacak aliran dana ilegal. Salah satu tren yang paling signifikan dalam operasional perjudian daring saat ini adalah pemanfaatan aset kripto sebagai sarana pencucian uang. Para bandar judi online beralih dari sistem perbankan konvensional ke aset digital guna menyamarkan asal-usul kekayaan mereka dan menghindari deteksi dari otoritas pengawas keuangan.
Mengapa Aset Kripto Menjadi Pilihan Bandar?
Aset kripto menawarkan beberapa karakteristik yang sangat menguntungkan bagi aktivitas ilegal. selat378 Sifatnya yang pseudonim memungkinkan pelaku untuk bertransaksi tanpa harus mengungkap identitas asli secara langsung sebagaimana yang disyaratkan oleh institusi perbankan. Selain itu, transaksi kripto bersifat lintas batas dan beroperasi selama 24 jam tanpa adanya intervensi dari otoritas sentral, sehingga mempermudah pemindahan dana dalam jumlah besar ke luar negeri secara instan.
Tahapan Pencucian Uang di Ekosistem Digital
Proses pencucian uang yang dilakukan oleh jaringan judi online melalui aset kripto biasanya mengikuti tiga tahapan utama:
-
Penempatan (Placement): Dana yang dikumpulkan dari para pemain, baik melalui transfer bank maupun dompet digital, dikonversi menjadi aset kripto. Hal ini sering dilakukan melalui bursa kripto (exchange) yang memiliki prosedur verifikasi identitas yang lemah atau menggunakan jasa perantara pihak ketiga.
-
Pelapisan (Layering): Untuk memutus jejak audit, para bandar melakukan serangkaian transaksi yang kompleks. Mereka memindahkan aset dari satu dompet digital ke puluhan dompet lainnya secara cepat. Teknik lain yang sering digunakan adalah tumbling atau mixing, yaitu layanan yang mencampur dana kripto ilegal dengan dana legal lainnya sehingga sumber aslinya menjadi tidak mungkin terlacak.
-
Integrasi (Integration): Setelah jejak transaksi dianggap cukup kabur, aset kripto tersebut dijual kembali menjadi mata uang fiat (seperti Rupiah atau Dolar) melalui bursa di negara-negara dengan regulasi keuangan yang longgar. Dana hasil penjualan ini kemudian masuk kembali ke sistem keuangan legal sebagai keuntungan bisnis yang tampak sah atau investasi properti.
Pemanfaatan Stablecoin dan NFT
Selain menggunakan aset kripto populer seperti Bitcoin, para bandar kini lebih banyak menggunakan stablecoin, yaitu aset kripto yang nilainya dipatok pada mata uang tertentu. Stablecoin dipilih karena memiliki volatilitas harga yang rendah, sehingga nilai uang yang dicuci tidak berkurang drastis saat proses layering berlangsung.
Modus terbaru juga melibatkan penggunaan Non-Fungible Tokens (NFT). Bandar dapat menciptakan NFT sendiri dan membelinya menggunakan dana ilegal dari dompet digital yang berbeda dengan harga yang sangat tinggi. Melalui transaksi ini, mereka seolah-olah mendapatkan keuntungan sah dari hasil karya seni digital, padahal mereka hanya memindahkan uang dari satu kantong ke kantong lainnya.
Tantangan bagi Penegak Hukum
Penanganan kasus pencucian uang berbasis kripto memerlukan keahlian forensik digital yang tinggi. Meskipun teknologi blockchain mencatat semua transaksi secara transparan, menghubungkan alamat dompet digital dengan identitas fisik pelaku di dunia nyata merupakan tantangan besar, terutama jika pelaku berada di luar wilayah yurisdiksi hukum Indonesia.
Pemerintah melalui Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terus meningkatkan kerja sama internasional dan memperketat regulasi terhadap bursa kripto domestik. Kewajiban penerapan prinsip Know Your Customer (KYC) yang ketat menjadi garda terdepan untuk mencegah platform aset digital disalahgunakan oleh jaringan kriminal.
